JUREID

JUREID
JUDEX AND JURIST

Selasa, 10 Juni 2014

FENOMENA KEMUNAFIKAN

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Pencipta dan Pemilik alam semesta. Shalawat dan salam untuk Rasulullah saw, keluarga, para sahabat dan pera pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Ikhwah fillah yang dimuliakan Allah.
Allah swt banyak sekali mengungkapkan borok kemunafikan orang-orang munafik, meskipun mereka telah dengan sangat rapi menyembunyikan kebusukan itu di hadapan orang-orang beriman. Di antara kebusukan itu adalah sikap indisipliner dalam berjamaah, di samping fenomena-fenomena lain yang mereka tampilkan dalam bentuk kesombongan, merasa lebih pintar, lebih baik, lebih layak, dsb dibandingkan dengan para sahabat yang ada pada masa itu. (QS. 2/Al Baqarah: 8-14).
Sikap indisipliner dalam berjamaah sengaja kami angkat secara khusus dalam taujih ini, agar dapat menjadi renungan berharga bagi setiap ikhwah dalam meniti dinamika berjamaah hari ini.

Ikhwah fillah, rahimakumullah.
Eksistensi kemunafikan baru ada di tubuh umat Islam, pasca perang Badr yang memberikan kemenangan gemilang pada kaum muslimin. Keberhasilan Islam mengalahkan tentara Abu Jahal mendorong Abdullah bin Ubay dan kawan-kawannya untuk bergabung dengan Islam, setelah merasa tersisih dan kehilangan peluang untuk menjadi pemimpin Madinah begitu Rasulullah tiba di sana.
Fenomena indisipliner kaum munafik pertama kali ditunjukkan dalam peristiwa perang Uhud yang sangat memilukan. Kekalahan pada perang itu tidak bisa dilepaskan dari peran kaum munafik yang melakukan disersi pada saat seribu tentara telah berangkat dari Madinah menuju ke Uhud, di tengah jalan mereka menarik diri dari barisan. Satu sikap bodoh yang sangat melemahkan psikis tentara Islam, dan pada saat yang sama memberi kekuatan mental pasukan lawan.