ada sebuah cerita yang dikisahkan oleh Ajahn Bramn seorang bikkhu yang tersohor karena menjadi pembicara segaligus motivator dalam berbagai event. Beliau mengisahkan ada seekor tikus yang tinggal dirumah seorang petani, yang mana si tikus hidup dalam suatu kecukupan karena tidak kekurangan pangan.
Suatu hari, si tikus mengintip dari balik tembok yang retak di saat sang petani membuka sebuah bungkusan yang ternyata sebuah perangkap tikus. Tentu saja hal ini membuat si tikus merasa terancam karena sang petani membeli perangkap itu untuk membasmi si tikus. Akhirnya si tikus berlari ke belakang rumah, dia menemui ayam kemudian bercerita tentang sang petani yang membeli sebuah perangkap tikus, namun apa jawaban ayam “itu bukan urusanku tentunya, mungkin itu karma hidupmu di masa lalu….”. Kemudian karena tidak memperoleh jawaban yang mengenakan dari ayam, si tikus pun menghampiri babi dan menceritakan hal yang sama tentang perangkap tikus itu. Jawaban sang babipun hampir sama dengan ayam, babi berkata “…itu bukan urusanku, itu tidak lain karena memang kamu tidak di harapkan oleh sang petani…”. Lalu terakhir dia menemui sapi dan sapi berkata “…perangkap tikus itu terlalu kecil untuk menjebakku, jadi hadapilah takdirmu….”.
Akhirnya, tikus pun putus asa karena tidak satupun dari yang dia temui bersimpati dan si tikuspun kembali ke lubangnya dengan perasaan cemas. Namun, ketika malam tiba ada seekor ular yang masuk kedalam rumah dan ekornya terjebak dalam jebakan tikus yang di pasang sang petani. Esok paginya, istri sang petani mendapati ular tesebut masih terjebak yang pada akhirnya mematuknya yang menyebabkan istri sang petani terbaring sakit. Sang petani berpikir keras, kira-kira apa yang bisa menyembuhkan istrinya. Akhirnya diapun berpikir bahwa mungkin daging ayam bisa menyembuhkan sakit istrinya tersebut dan ayam pun disembelih. Namun sakit sang istri petani tak kunjung sembuh dan didengar oleh sanak saudara mereka. Banyak saudara yang datang menjenguk dan sebagai jamuan sang petani menjadikan babi menjadi babi guling yang lezat. Lalu, karena semakin parah istri sang petanipun meninggal dan untuk membiayai upacara pemakaman yang cukup mahal sapipun dijagal untuk dijual dagingnya.
Sekarang tinggal si tikus yang hidup di tempat sang petani, hanya karena perangkap tikus menyebabkan ayam, babi dan sapi kehilangan nyawa. Seandainya saja mereka mau bersimpati dengan masalah yang dihadapi oleh si tikus mungkin tidak seperti ini kejadiannya. Dari cerita ini, sebenarnya hampir sama dengan kehidupan yang dialami kita sehari-hari dimana terkadang kita bersikapa acuh tak acuh dengan masalah yang dihadapi oleh orang yang ada disekitar kita. Padahal apabila kita telaah dengan baik, sebenarnya masalah itu juga masalah kita karena sedikit banyak mempengaruhi hidup kita. Pesan yang kita dapatkan dari cerita diatas, dapat disimpulkan bahwa ketika kita dimintai pendapat tentang masalah yang dihadapi oleh orang yang dekat dengan kita ada baiknya kita bersimpati. Karena apabila hal itu terjadi pada kita, tentu saja kita juga akan meminta pendapat orang lain perihal masalah yang kita hadapi itu. Jadi bukan aku, kalian atau mereka tapi kita.